Powered By Blogger

Jumat, 03 Februari 2012

Sejarah Tanaman (Theobroma Cacao)


SEJARAH TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao)

Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan. Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah telah membudidayakan tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan orang-orang Eropa. Orang-orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali enciptakan minuman dari serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian diberi perasa seperti: merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini merupakan minuman spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan dan untuk upacara-upacara spesial.
             Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat pembayaran). Pada abad ke-16 sesuai riwayat orang Spanyol seekor kelinci seharga 10 buah kakao dan seekor anak keledai seharga 50 buah kakao. Masyarakat Spanyol belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec pada tahun 1500-an dan mereka kembali ke Eropa dengan membawa makanan baru yang menggoda ini. Di Spanyo, kakao adalah minuman yang dipersembahkan hanya untuk raja. Mereka meminumnya selagi masih panas dengan diberi rasa gula dan madu. Secara perlahan tetapi pasti kakao berkembang ke kerajaan-kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao menjadi persembahan khusus untuk masyarakat kelas atas.[1]
            Tanaman kakao dimulai di hutan antara sungai Orinoco dan Amazon. Beberapa ahli mengatakan bahwa tanaman kakao telah berkembang di bumi sejak 4000 tahun SM dan bahwa dalam sejarah awal Dunia Baru, orang-orang Olmec adalah yang pertama untuk mengolah dan menggunakannya. orang-orang Toltecan (9 - abad ke-12) memiliki penghormatan yang nyata bagi tanaman kakao, Raja mereka, Quetzalcoatl dewa, dianggap tukang kebun dari langit para dewa dan penjaga tanaman ini, yang telah dikirim di bumi sebagai hadiah untuk meringankan kelelahan dan mengeluarkan kekuatan dan kekayaan.
            Sampai sekarang belum mengetahui siapa yang memiliki gagasan untuk memetik benih kakao dan kemudian fermentasi mereka, memanggang dan menghancurkan mereka untuk mendapatkan pasta ketika, pada awalnya, orang hanya makan pulp yg ditambah asam menyegarkan dari "cabosse". Budidaya yang tepat dari tanaman kakao mulai dengan Maya di Yucatán dan Guatemala Biji kakao dan bubuk Pada saat raja ketiga mereka (Raja Hunahpu), buah kakao digunakan sebagai uang, dan pembayaran pajak adalah permintaan di kakao. Peradaban Maya menghadapi masa kehancuran besar dan menderita invasi yang berbeda. Pada 1519, pada saat kerajaan Montezuma, ketika orang-orang Aztec menyaksikan kedatangan kapal penuh orang pria bersetelan mengkilap armor, mereka berpikir nubuat dari Quetzalcoatl dewa terpenuhi; mereka percaya bahwa orang-orang datang dari laut untuk memberikan mereka kembali harta mereka dipecat dan mengembalikan kerajaan mereka untuk magnificience kuno. Mereka menyambut orang-orang ini dengan perayaan besar, tanpa mengetahui bahwa tujuan mereka adalah untuk menaklukkan tanah yang baru. Penjajah Spanyol, di urutan kapten Hernán Cortés, melihat langsung bahwa di istana kaisar, jumlah besar minuman, gelap krim disajikan dalam cangkir emas. Minuman ini dipersiapkan menggunakan biji kakao bubuk dengan penambahan air dan cabe lada atau rempah-rempah penyedap lainnya.

            Henrnán Cortés adalah navigator menggoda untuk membawa kakao ke Pengadilan Charles V, raja Spanyol; dari itu, buah kakao menjadi monopoli perdagangan Spanyol. Tanaman kakao yang hidup membangkitkan minat di kalangan botanis waktu itu; salah satu dari mereka, Girolamo Benzoni, setelah bepergian di Amerika, menulis buku "Sejarah Dunia Baru" di mana ia menggambarkan bagaimana orang-orang Aztec digunakan untuk tumbuh kakao dan mempersiapkan coklat dengan sangat rinci. Seperti penjajah, ia tidak menghargai minuman ini baik. Tetapi ketika seseorang memiliki ide untuk menambahkan gula (setelah itu orang-orang Spanyol memperkenalkan budidaya tebu), setiap orang menghargai minuman krim gelap. Kemudian madu, adas manis, kayu manis, vanili atau perasa lainnya juga ditambahkan pada kakao, mengubah minuman pahit, yang dinyatakan mungkin akan menghilang,menjadi berkah nyata.

Louis XIV dari Perancis
  
          Sekitar 1580, para penakluk Spanyol yang telah sampai saat itu tetap harta ini dari orang lain, mulai kapal biji kakao banyak ke Eropa; pengiriman rutin kemudian diatur antara pelabuhan Veracruz dan koloni. Pengadilan Madrid, pada saat ibukota Kerajaan Philip II, adalah dasar dari yang coklat akan mencapai Eropa, namun kedatangannya di Perancis adalah karena Anne dari Austria, putri dari Philip III, Raja Spanyol, yang menikah Louis XIII dari Perancis. Dikatakan bahwa dia brouhgt seluruh peralatan untuk mempersiapkan cokelat minum dengan dia dan pembantunya di pengadilan adalah satu-satunya orang yang akan dipercayakan dengan jenis upacara. Dalam kasus apapun, itu adalah Maria Theresa, Infanta dari Spanyol yang pada menikahi Louis XIV ("le Roi-Soleil"), mulai minum coklat verey pagi pada kebangkitan dan saat menerima, sehingga membuat coklat sangat populer (coklat panas pada khususnya dihargai).

            Yang pertama yang berhasil memecah monopoli Spanyol itu Marquis Antonio Francesco Carletti (pedagang Florentine), dalam 1606, setelah salah satu perjalanan terhitung jumlahnya kepada koloni Spanyol, ia membawa kembali beberapa buah tanaman kakao dan mulai ke pasar mereka. Berkat Marquis Carletti, cokelat berhasil mencapai Italia; pada abad ke 17, produsen cokelat di Venice, Florence dan khususnya Turin, menjadi ahli nyata dalam persiapan dan mulai untuk ekspor ke seluruh Eropa. Hingga saat itu, keterampilan ini telah hanya diperuntukkan bagi para bhikkhu, yang juga terkenal karena kemampuan mereka dalam farmakope. Selama bertahun-tahun, Gereja Katolik dibagi oleh para imam yang bertanya-tanya cokelat wheter, mampu menenangkan kram cepat, adalah minuman atau makanan.

            Pada tahun 1569, Paus Pius V menyatakan bahwa cokelat tidak membatalkan puasa seseorang, tapi dilema itu diatasi hanya pada tahun 1602 ketika Francesco Maria Brancaccio diucapkan putusan akhir yang meyakinkan konsumen dan pedagang. Cokelat memperoleh persetujuan semua orang, ahli botani dan dokter, misalnya, melekat sangat penting untuk sifat-sifatnya: bergizi, merangsang, afrodisiak, efektif terhadap konsumsi, rematik dan kongesti paru. Pada saat itu, penggunaannya telah menyebar baik di Italia dan di Eropa; cokelat disajikan di tempat-tempat ramah di mana pelanggan, selain menikmati secangkir cokelat, yang terutama budidaya hubungan politik, sosial dan budaya. Namun, untuk setidaknya delapan belas abad, coklat tetap menjadi minuman bagi para elit, hanya dengan Revolusi Perancis, yang mengakhiri supremasi aristokrasi di Eropa Chatolic, dan berkat Revolusi Industri, cokelat berubah dari minuman yang mahal menjadi suara, makanan murah.

            Tahun 1828 tahun menandai awal era modern cokelat, sejauh manufaktur dan pengolahan yang bersangkutan, maka, itu, kuno tebal, minuman krim digulingkan oleh kakao bubuk. Pada 1847, produsen coklat menciptakan metode baru: campuran kakao bubuk dan gula dicampur dengan mentega coklat meleleh (bukan air hangat) sehingga mendapatkan tipis, tidak lengket pasta yang bisa dibentuk dalam cetakan. Batang coklat secara resmi hadir di Birmingham pada tahun 1849. Pabrik-pabrik coklat pertama estabilished pada abad ke-17 sehingga pengembangan perdagangan baru dan pekerjaan.[2]

Para ahli botani menyetujui bahwa pohon coklat atau kakao (Theobroma cacao) sudah tumbuh di daerah Amazon dan lembah Orinoko di Amerika Selatan sejak ribuan tahun yang lalu. Bangsa Maya yang pertama kali mengolah pohon coklat. Kebiasaan ini juga dibawa ketika mereka pindah ke dataran Yukatan. Bangsa Aztek kemudian memperkenalkan coklat yang pahit sebagai minuman. Biji coklat dicampur dengan jagung ataupun anggur yang telah difermentasi lalu disajikan pada cangkir yang terbuat dari emas. Kaisar Aztek yang bernama Montezuma memiliki kebiasaan minum coklat lebih dari 50 cangkir coklat per hari.

Morfologi Tanaman Kakao.

            Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).

1. Akar.
            Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.

2. Batang
            Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989).

3. Bunga
            Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter (Siregar et al., 1989).
Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder (Ginting, 1975).Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah (Siregar et al., 1989).

4.Buah
            Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter (Siregar et al., 1989).
Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 – 30 centimeter, umumnya ada tiga macam warna buah kakau, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhanbatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda (Siregar et al., 1989).

            Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merukkan biji ( Suharjo dan Butar-butar, 1979).

Syarat Tumbuh Tanaman Kakao.
1. Tanah
            Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7 (Suhardjo dan Butar-butar, 1979).
Menurut Situmorang ( 1973) tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat. Selanjutnya Tjasadiharja (1980) berpendapat, perkembangan akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuat (Anonymous, 1988).

2. Iklim.
            Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao (Siregar et al., 1989). Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin, 1983).

RINGKASAN EKSEKUTIF
            Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.

            Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.  Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

            Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003. Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya disebabkan oleh makin mengganasnya serangan hama PBK. Di samping itu, perkakaoan Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
            Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.  Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan areal  perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan, areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao. 

            Untuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan investasi sebesar Rp 16,72 triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana investasi tersebut sebagian besar bersumber dari masyarakat karena pengembangan kakao selama ini umumnya dilakukan secara swadaya oleh petani. Dana pemerintah diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan dukungan fasilitas yang tidak bisa ditanggulangi petani seperti biaya penyuluhan dan bimbingan, pembangunan sarana dan prasarana jalan dan telekomunikasi, dukungan gerakan pengendalian hama PBK secara nasional, dukungan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan industri hilir.

            Beberapa kebijakan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan agribisnis kakao 5 sampai 20 tahun ke depan antara lain: Penghapusan PPN dan berbagai pungutan, aktif mengatasi hambatan ekspor dan melakukan lobi untuk menghapuskan potangan harga, mendukung upaya pengendalian hama PBK dan perbaikan mutu produksi serta  menyediakan fasilitas pendukungnya secara memadai.[3]

            Pesaing kakao Indonesia di pasar Uni Eropa cukup banyak dan datang dari negara-negara yang memperoleh fasilitas bebas bea masuk, seperti: Pantai Gading yang menguasi hampir setengah (41,54%) dari pasokan yang dibutuhkan UE, Ghana, Nigeria, Kamerun, Brazil, Ecuador dan Swiss. Hampir semua negara tersebut kecuali Swiss merupakan negara beneficiaries dari General System of Preferences (GSP) UE. Fasilitas yang diperoleh melalui skema GSP tersebut tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya. Negara produsen kakao yang merupakan negara miskin akan memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk. Sementara negara lain seperti Indonesia yang masuk dalam kelompok negara berkembang hanya memperoleh pengurangan tarif sebesar 3,5% dari tarif yang berlaku umum (Most Favoured Nations). Disampig itu, perlakuan khusus juga diberikan bagi negara (Swiss dan Norwegia) yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan UE.

            Jenis kakao yang terbanyak diimpor oleh Uni Eropa adalah biji kakao (cocoa beans).
Besarnya permintaan ini berkaitan langsug dengan tingginya permintaan biji kakao dari industri cokelat di negara anggota. Untuk memasok biji kakao, industri cokelat juga telah menetapkan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh importir antara lain standar mutu biji, persyaratan kesehatan, lingkungan dan yang paling penting dari semuanya itu, biji kakao tersebut harus difermentasikan terlebih dahulu sebelum diekspor. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, tulisan mengenai “Peluang Pasar Komoditi Kakao di Uni Eropa”, dimaksudkan untuk menggali fakta-fakta mengenai potensi, kendala dan kebijakan penetrasi pasar Uni Eropa.

            Produksi kakao dunia diproyeksikan tumbuh rata-rata 2,2% setahun atau mencapai 3,7
juta ton yaitu pada tahun 1998 – 2000 ke tahun 2010 atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan dekade sebelumnya yaitu sebesar 1,7%. Pada kurun waktu yang sama “share”  produksi Afrika dalam produksi dunia diperkirakan turun tajam 69%. Sementara itu, share Timur Jauh diproyeksikan tetap sebesar 18% dan Amerika Latin dan Karibia sebesar 14%. Afrika diharapkan tetap menjadi kawasan produksi kakao dunia sampai dekade berikut. Pantai Gading yang merupakan produsen kakao terbesar dunia akan tumbuh 2,3% setahun yaitu dari 1,2 juta ton tahun periode awal menjadi 1,6 juta ton pada tahun 2010 atau 44% dari total produksi kakao dunia. Hal ini sebabkan oleh meningkatnya investasi langsung akibat pasar bebas. Hasil kakao di Pantai Gading dibawah tingkat produksi di sebagian Asia karena kurangnya upaya. Namun demikian, peningkatan harga kakao dunia telah menggairahkan petani kakao. Jika kecenderungan ini terus berlangsung, volume produksi kakao Pantai Gading dapat meningkat lebih besar.

            Produksi Indonesia diproyeksikan tumbuh 3,5% per tahun, mencapai 574 ribu ton tahun 2010 atau 16% dari total produksi kakao dunia tahun 2010. Proyeksi produksi tersebut
lebih tinggi dari pertumbuhan produksi tahun 1998-2000 sebesar 14% per tahun. Kebijakan Pemerintah Indonesia mendorong peningkatan produksi selama dua dekade telah mendorong peningkatan kakao bulk yang merupakan pohon persilangan. Meskipun sejak tahun 1990 pengembangan daerah produksi agak lambat, namun Indonesia masih merupakan produsen kakao terbesar diantara negara produsen kakao di Asia.  [4]


[2] Sejarah http://www.slitti.com.au/chocolate/history_cocoa_1.php

[3] Badan penelitian dan pengembangan pertanian departemen pertanian 2005

[4] The International Cocoa Organization, Forecast of World Production, Grinding and Stock of Cocoa Bean for the 2004/2005 cocoa year, Quarterly Bulletin of Cocoa Statistics, Volume XXXI, Issue No. 1.

Minggu, 22 Januari 2012

Budi Daya Tanaman Kunyit

MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

ABSTRACT

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Memiliki batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna  hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,  bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan  pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang  berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan  mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung  dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna  jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan. Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
      Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tergolong sebagai tanaman Hortikultura (obat-obatan) (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Sinar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas,tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
       Kunyit  (Curcuma domestica Val.)  merupakan salah satu tanaman  obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Berdasarkan hasil survei tahun 2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan jumlahnya yang diserap oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama dengan bahan baku obat lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, rematik.  
  Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin,resin,oleoresin,desmetoksikurkumin, dan  bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol. Teknologi budidaya yang mengikuti anjuran, dengan mengacu kepada penerapan SPO  yang tepat, produksi rimpang kunyit segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin 8 – 11%.

2.      Mamfaat Tanaman Kunyit
    Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena Berkhasiatmenyejukkan,membersihkan,mengeringkan,menghilangkan gatal, dan Menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. Kunyit dikenal dengan nama latin Curcuma Domestica, yang merupakan tanaman obat asli dari Asia Tenggara yang tumbuh baik di Indonesia.       
      Kandungan zat pewarna kuning (curcumin) pada kunyit diyakini memiliki sifat anti-inflamasi (anti-peradangan), antiseptik, dan pengeringan, yang semuanya dapat membantu mengobati jerawat, seperti dilansir Livestrong, dan dirangkum oleh DetikHealth. Anti-inflamasi bila diterapkan secara topikal, dapat membantu mengurangi kemerahan dan iritasi yang terkait dengan jerawat. Sementara antiseptik membantu membersihkan kulit dari kotoran yang menyebabkan jerawat.Jika jerawat Anda disebabkan oleh kulit berminyak berlebihan, kunyit dapat membantu untuk menyerap sebagian dari kelebihan minyak.
BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT
(Curcuma domestica Val.)
A.    Klasifikasi Tanaman
Divisio             : Spermatophyta
Sub-diviso       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Zungiberaceae
Genus              : Curcuma
Species            : Curcuma domestica Val.

                        Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang  merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
B.     Syarat Tumbuh
1.      Iklim
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.   Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC.
2.       Media Tanaman
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
3.      Ketinggian Tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.

C.    Sentra Penanaman
Di Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15 ton/ha.


D.    Teknik Budidaya
1.1. Pembiubitan
1.1). Persyaratan Bibit
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih  mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang  tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah  berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki  kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).

1.2). Penyiapan Bibit
Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat  yang seragam serta  untuk  memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau  merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan  agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang  maksimum memiliki 1 -3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.

1.3) Teknik Penyemaian Bibit
Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 oC). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 oC. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang  sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 350C. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.

1.4) Pemindahan Bibit
Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2 -3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan  secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.

1.2.Pengolahan Media Tanam
1.2.1)  Persiapan Lahan
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. enyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
1.2.2) Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
1.2.3) Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm. Dilanjutkan dengan pemupukan dasar sebelum melakukan penanaman Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.

1.2. Teknik Penanaman
1.3.1) Penentuan Pola Tanaman
Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

1.3.2) Pembutan Lubang Tanam dan cara Penanaman
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.

1.3.3) Perioda Tanam
Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

1.3. Pemeliharaan Tanaman
1.4.1) Penyulaman
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.

1.4.2) Penyiangan
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

1.4.3) 3) Pembubunan
Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.

1.4.4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. emupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4  bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

1.4.5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.

1.4.6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

1.4.7) Pemulsaan
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

1.4.8) Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
- Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejala:
pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan
tunas menjadi kering lalu membusuk. 
Pengendalian: 
tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

b. Penyakit
- Busuk bakteri rimpang
Penyebab: 
oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh
rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang
kemasukan cendawan. 
Gejala: 
kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang
lama kelamaan membusuk dan keropos. 
Pengendalian: 
a). mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya
    rimpang; 
b) penyemprotanfungisida dithane M-45.

-          Karat daun kunyit
Penyebab: 
Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun
yang disebut Panchaetothrips. 
Gejala: 
timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini  menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan  mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun  muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati. 
Pengendalian: 
a) Dilakukan dengan mengurangi kelembaban;
b) Penyemprotan in    sektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau   
    dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali
1.4.9) Gulma
Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
E.     Panen
Ciri-ciri Tanaman sudah dapat dipanen Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8 -18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu roduksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu  pada tanaman umur 10 – 12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 – 24 bulan setelah tanam.
Cara panen
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.

Periode Panen
Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya. Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.

F.     Pasca Panen
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran  berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.  Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena ikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC.  impang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanahatau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini(untuk menghitung rendemennya).


Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 

Gambaran Peluang Agribisnis

Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/ jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat  kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase  peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya.
Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan  dan sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan  Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran  dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha. Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya.

Daftar Pustaka
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan     
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat: kunyit (kunir).
Jakarta, PT. Rineka Cipta: 60.
Kloppenburg-Versteegh, J. 1988. Petunjuk lengkap mengenai tanaman-tanaman
di Indonesia dan khasiatnya sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau kunyit-Curcuma domestica Val.). Jilid 1: bagian Botani. Yogyakarta, CD.RS. Bethesda: 102-103.
Mono Rahardjo dan Otih Rostiana,2005.Budidaya Tanaman Kunyit. Badan       
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Jakarta.
Moko, Hidayat; Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur  
tumbuh dan mulsa terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Buletin Pertanian Tanaman Rempah dan Obat, 8 (1) 1993: 30-38.
Muhlisah, Fauziah. 1996. Tanaman obat keluarga (toga): kunyit. Cet.2. Jakarta,
Penebar Swadaya: 40-41.